-

Salam

4 Desember 2010

menyiram 'garam' tausiyah..




'Garam' tausiyah??
Seperti apa ya bentuknya??
Apakah seperti garam yang biasa dipakai Ibu saat memasak? Garam yang rasanya asin, berupa butiran kecil dan halus yang berwarna putih. Hmm..apakah benar ini yang dimaksud?
Awalnya memang sangat tergelitik dengan nama 'garam' tausiyah pada saat membaca salah satu buku yang menginspirasi. Dan akhirnya saya jadikan sebagai bahan untuk mengisi mentoring adik-adik angkatan 46 tadi malam. Ternyata sungguh luar biasa dampaknya. Saat mengisi mentoring, sebenarnya tidak ada kesepakatan dengan adik-adikku itu mengenai materi mentoring. Tapi ternyata kita mempunyai keterikatan hati yang sama yaitu pembahasan tentang tausiyah. Pada pertemuan mentoring sebelumnya juga ada persamaan antara tausiyah yang disampaikan oleh adikku dengan materi yang saya sampaikan yaitu tentang 'Maaf'. Hmm,,apakah ini sudah mencapai tahapan tafahum dalam ukhuwah ya??

Berawal dari sebuah hadis:
Rasulullah saw bersabda, " Agama itu nasihat. Kami bertanya, "Untuk siapa? [wahai Rasulullah]. "Rasulullah saw bersabda, "Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, dan untuk pemimpin ummat Islam serta kaum muslimin pada umumnya." (HR. Muslim)

"Nasihat agama itu seperti menyiramkan garam ke atas tubuh. Kalau di dalam tubuh itu ada luka maka akan terasa perih dan sakit. Kalau tubuh itu lelah, maka siraman air 'garam' tausiyah itu justru akan menyegarkan."

Sederhana tapi benar-benar 'ngena' banget dalam hati. Yah, memang seperti itulah manusia. Kita membutuhkan siraman-siraman yang menyegarkan. Saat tubuh kita lelah kita akan kembali segar dengan siraman 'garam' tauisyah. Tapi pada waktu ada yang sakit dalam tubuh kita 'garam' tausiyah terasa perih, tapi akhirnya akan mengobati luka yang ada pada diri kita. Dan semangat kita juga akan kembali terpompa.


"Fadzakkir, fainna dzikra tanfa'ul mu'minin..berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang yang beriman."

Itulah hakikat nasihat, garam yang dibutuhkan, agar hidup tak lagi terasa hambar. Ibarat masakan tanpa garam maka terasa hambar..Berilah rasa dalam hidupmu, karena rasa itu bermacam-macam ada manis, asin, asam, 'Rame rasanya' [seperti nano-nano saja ya..]

Saling nasehat menasehatilah diantara saudaramu,, sebuah kritikan mengenai dirimu bukanlah karena membencimu tapi kritikan itu menunjukkan bahwa itu adalah sebuah bentuk kepedulian terhadapmu.

Semoga bermanfaat..

3 komentar:

  1. pada hati yang terluka, kadang memberi "garam" hanya membuatnya terasa perih

    BalasHapus
  2. memang awalnya perih,,tapi sebenarnya 'garam' itu menyembuhkan..so,,sering2lah menyiramkan 'garam' tausiyah,,yang awalnya tubuh kita capek akan menjadi relaks kembali..

    BalasHapus