-

Salam

31 Januari 2013

Persangkaan Kepada Allah

Oleh : Ustadz Mohammad Fauzil Adhim Orang yang tampak bersungguh-sungguh ketika berdoa, bisa jadi karena keyakinannya bahwa Allah itu dekat. Allah Maha Mendengar doa orang-orang yang berpengharapan kepada-Nya. Ia yakin bahwa Allah memperhatikan orang yang datang kepada-Nya untuk mengadukan keluh kesahnya atau memohon pertolongan-Nya. Karena kemuliaan-Nya maka adalah kelayakan bagi manusia untuk berdoa secara bersungguh-sungguh sekaligus berhati-hati agar terjauh dari berdoa yang tidak layak, sekaligus Allah sangat luas pemberian-Nya. Meskipun demikian, bisa jadi orang tampak sangat bersungguh-sungguh ketika berdoa, sampai wajahnya berkerut-kerut dan ekspresinya berubah, justru karena ketidakyakinannya. Ia mengkhusyuk-khusyukkan diri ketika berdoa, justru karena keyakinannya yang tipis bahwa Allah Maha Mengabulkan doa orang-orang yang berpengharapan kepada-Nya. Ia menyangatkan diri saat memohon kepada Allah karena khawatir keinginnanya tidak tercapai, padahal ia tahu Allah Maha Besar Kekuasaan-Nya. Sungguh sangat jauh perbedaan anatara kesungguhan doa orang yang yakin dan kesungguhan orang yang berdoa justru karena kurang yakin terhadap kemurahan Allah. Orang yang sangat besar keyakinannya kepada Allah ketika berdoa bias jadi sampai menangis, mengingat-ingat besarnya karunia Allah dan kecilnya amanah yang sudah ditunaikan. Orang yang berdoa karena kurangnya keyakinan juga bisa menangis. Tetapi jauh sekali perbedaannya. Dan berbeda sekali persangkaannya kepada Allah. Hadis Qudsi : ‘Aku menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku’ (HR. Bukhari dan Muslim) Kita sering tidak bias membedakan, apakah kita melakukan sesuatu karena persangkaan kita yang baik kepada Allah ataukah karena persangkaan kita yang kurang tepat kepada Allah ‘Azza wa Jalla’. Kita sering tidak bias membedakan, kecuali setelah mengambil jarak dari masalah itu dengan pertolongan Allah. Dan datangnya pertolongan Allah, adakalanya sesuai dengan persangkaan kita mengenai pertolongan, bisa pula sebaliknya, justru nampak berkebalikan dengan apa yang kita anggap sebagai cara menolong. Sungguh, rugi orang yang menyangka pertolongan Allah sebagai pengabaian-Nya. Semoga kita terhindar dari prasangka yang tidak diridhai-Nya. Astaghfirullah’adzim. Laa ilaaha illa Anta, subhanaka innii kuntu minazh-zhalimin. Masya Allah. Manusia seringkali tergesa-gesa dan penuh keluh kesah karena dangkalnya ilmu dan pendeknya jangkauan akalnya terhadap rahmat Allah. Ketika membutuhkan gerimis untuk mendinginkan bumi hatinya, ia mengeluh dan kadang bahkan cepat memberikan penilaian yang salah ketika Allah mengirimkan mendung. Padahal, mendung yang tebal itu membawa muatan air yang melimpah, lebih dari sekedar yang ia butuhkan. Ketika ia tidak melihat mendung dna hanya merasakan teriknya matahari, ia lupa bahwa matahari pun adalah rahmat. Berkait dengan keinginannya, matahari mempercepat penguapan air laut menjadi awan yang selanjutnya akan menjadi hujan. Tetapi manusia sangat pendek jangkauan akalnya, tergesa-gesa dan mudah mengeluh. Semoga Allah mengampuni kedzaliman kita dan menggantikan dengan hati yang besyukur.