-

Salam

5 November 2010

Quwwatul Maal, Suatu Keniscayaan bukan Kenegasian

“ Sesungguhnya Ruhul Qudus, Jibril, membisikkan dalam benakku bahwa suatu jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rizqinya. Karena itu hendaklah kalian bertaqwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharian kalian. Apabila datangnya rizqi itu terlambat, janganlah kalian memburunya dengan jalan berma’shiat kepada Allah. Sungguh, apa-apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada-Nya.”

(HR. Al Bazzar dan Al Hakim)


SIAPA TAKUT JATUH KAYA?

”Wahai ’Amr, sebaik-baik harta, adalah yang ada di tangan orang shalih…”

(HR. Bukhari dan Muslim).

Ya, siapa takut jatuh kaya? Para sahabat Rasulullah meneladankan, bahwa yang boleh takut jatuh kaya hanyalah pejabat publik yang mengurus masalah-maslah umat. Kaum muslimin secara umum, telah diberi keleluasaan oleh Allah. Alkisah, ketika menjabat sebagai amirul Mukminin, Ali Ibn Abi Thalib ra menanggalkan semua hal pantas pakai yang semula dimilikinya. Ia termiskin di bawah pemerintahannya. Inilah kezuhudan dunia yang pada tempatnya ketika dunia menghampirinya, bukan salah penafsiran seperti kita, zuhud karena ketinggalan dunia.

Tersebut, ada salah seorang sahabatnya yang berprofesi sebagai niagawan kaya mengikuti langkahnya. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian kasar. Terompahnya dijahit kasar dan pada sorbannya ada beberapa tambalan. Ketuika Ali ra bertemu dengannya, dia ditanya, ” Mengapa engkau ini? Ada apa denganmu?”

”Saya meneladani kehidupanmu yang zuhud, wahai Amirul Mukminin!” Ali Ibn Abi Thalib menunjukkan wajah tak suka, namun penuh kasih sayang, ia menasihati sahabatnya, ” Bukan begini Ya Akhii…Adalah kewajiban bagi mereka yang memegang amanah umat untuk melaksankanya. Adalah kewajiban bagi mereka yang memegang amanah umat untuk memperhatikan dan merasakan apa yang dialami oleh umat yang berada dalam tanggungjawabnya. Maka, aku memakai pakaian sebagaimana yang dipakai oleh orang-orang miskin di kalangan kaum muslimin. Aku ke Pasar, berbelanja dan membawanya sendiri dengan tanganku. Jika tidak, jika pengemban amanah bermwah-mewah, itu akan sangat menyakitkan bagi umat. Sedangkan engkau memperoleh kekayaanmu dengan berniaga. Jika engkau telah menunaikan haknya (zakat), maka harta itu adalah karunia Allah Bagimu. Pergunakanlah untuk kebaikan!”. Dari cerita tersebut kita bisa melihat bahwa selayaknya seorang kader da’wah menempatkan paradigma zuhud pada tempat dan porsinya.

Semangat ber-quwatul maal merupakan sisi lain dari citra seorang muslim yang memiliki semangat jihad. Panggilan untuk itu, dihayatinya dengan rasa penuh tanggung jawab sebagai pembuktian ayat Al-Quran yang telah menggoreskan kalamnya yang sangat motivatif, sebagaimana firman-Nya : ”Setiap umat ada kiblatnya (sendiri), maka hendaklah kamu sekalian berlomba-lomba (dalam kebaikan) di mana saja kamu berada sudah dipastikan Allah akan mengumpulkan kamu semuanya…” (Al-Baqarah : 148).



SELANJUTNYA, MENGALIH BENTUK KEKAYAAN : Dari materi ke kualitas diri dan da’wah

Ingatkah akan sebuah doa yang dinisbatkan kepad Abu bakar ash-Shidiq ra, sahabat Rasulullah yang paling utama. Doa itu berbunyi : ”Ya Allah jadikan dunia di tanganku, dan jadikan akhirat di hatiku”. Penggal pertama doa ini ternyata mengajari kita banyak hal. Tangan bermakna pengelolaan. Abu Bakar tidak ingin dunia masuk ke dalam hatinya. Ia ingin dunia ada dalam genggamannya, dalam kuasanya dan dalam pengelolaannya. Ia tahu, kekayaan yang ditimbun, sebanyak apapaun tak pernah memuliakan pemiliknya. Seseorang, hanya akan mulia dengan kualitas dirinya, baik di hadapan Allah maupun di hadapan mnausia.

Membandingkan dua hal diatas akan memudahkan kita mendapatkan pemahaman. Pengelolaan harta sebanyak apapun ketika berada di tangan seorang mukmin yang shaleh akan membawa banyak kemashlahatan bagi umat. Coba renungkan, siapa lagi yang akan mendanai dana da’wah yang sedemikian besar? Menyantuni fakir miskin, anak terlantar? Membangun sekolah Islam yang bonafid? Mensuplai gizi, memberikan pendidikan yang jauh lebih layak bagi anak-anak kita yang nota bene calon generasi mujahid? dan sebagainya dan sebagainya. Sudah bukan saatnya kita berpikir marginal agar kita tidak menjadi umat yang termarginalkan hanya karena sebuah persepsi yang keliru mengenai harta. Relakah kita, ketika semua itu jatuh ke tangan Yahudi, Nasrani dan orang-orang Munafiq?

Sejenak kita lihat ketika Rasulullah mengalihkan bentuk kekayaannya untuk kualitas da’wahnya. Kendaraan beliau, misalnya. AL-QASHWA, unta putih beliau adalah unta ynag tangkas, berkuaitas tinggi, gesit, kecepatannya mengagumkan dan sangat sehat. DULDUL, keledai beliau hadiah dari Muqaiqus, sangat kuat dan kukuh jalannya. Bahkan berumur panjang hingga masa kepemimpinan Mu’awiyah ra. Kuda beliau juga adalah yang tertangkas, tergesit dan tercepat. Pedang komandonya : DZUL LUJJAIN, jangan ragukan kualitas logamnya, ketajaman tempaannya dan kehalusan pembuatannya. Bahkan ada yang menyebutkan beberapa kilogram emas diperlukan untuk membuat suatu lapisan komando. Ini adalah bagian yang sangat berkilat jika ditempa sinar mentari untuk memberi kode dan aba-aba kepada pasukan di kejauhan. Apa ini sesuatu yang murah? Sama sekali tidak!!!

Ada pasti yang akan menyimpulkan, kalau begitu soal fasilitas yang memudahkan ibadah dan jihad kita harus pilih yang terbaik. Sebagai contoh di masa kini, jika kebutuhan da’wah menghajatkan silaturahim dan komunikasi yang intens dan detail, tak mengapa memilih handphone yang berfitur canggih. Jika komputer adalah hajat penting bagi da’wah kita, memilih yang terbaik juga jadi tuntutan. Begitu juga mobil, sebagai simbol mobilitas kader dan da’wahnya, memiliki kendaraan yang berkualitas tinggi adalah suatu tuntutan pula. Jika rumah kita akan dijadikan tempat berda’wah yang memerlukan banyak fasilitas, maka…

Quwatul Maal yang dikombinasikan dengan aqidah yang selamat, ibadah yang shahih. akhlaq yang terpuji, pemikiran yang briliant kreatif dan dinamis, jasad yang kuat, tentunya akan mengahsilkan suatu daya yang besar. Daya yang sanggup untuk meledakkan potensi dan kemampuan umat guna mencapai kemenangan da’wah Islam, wallahu’alam bishawab.

Feb 13th, 2009 by admin
Oleh : Tina Marsiyam, S.Pt
diambil dari pks-tuban.co.cc

2 komentar:

  1. Jazakillah sudah berbagi
    salam kenal
    Kumala Banjarmasin

    Blognya bagus..gimana cara bikinnya ya..

    BalasHapus
  2. sama-sama ukhti..
    salam kenal juga..

    Bikin blog ini hanya manual saja,,menggunakan fasilitas yang diberikan di blogspot..dan menambahkan gadget2 yang an share dari blog lain..

    BalasHapus