-

Salam

10 Juni 2011

Militan??

Militan?? Sudah lama ana tidak mendengar kata-kata militan lagi beberapa tahun ini. Kenapa??
Apakah sudah menghilang kata-kata militan??

Hmm..kenapa ana menuliskan tentang militan?? Ini bermula saat kemarin membaca salah satu blog ikhwah di sebuah warnet (karena lampu kosan mati, otomatis LAN juga mati, akhirnya mencari warnet yang buka). Tepatnya tanggal 9 Juni 2011, ba’da maghrib, di saat hujan deras mengguyur kota hujan Bogor, serta diiringi suara gemuruh petir. Subhanallah.

Ketika itu ana sedang mencari bahan untuk mengisi pengajian pekanan di Asrama Putri Darmaga (APD). Sebelumnya ana sudah dua kali tidak datang ke APD, pekan pertama karena tidak ada pinjaman motor serta hujan pula, pekan kedua karena lupa karena tidak diingatkan kembali oleh Pjnya (merasa dzalim ne..hiks). Dengan sebuah kesungguhan ana memutuskan untuk berusaha datang mengisi pengajian itu. Materi yang diminta adalah tentang NII (permintaan 2 minggu yang lalu).
Sambil mencari materi, ana melakukan blog walking ke blog-blog tetangga. Ana menemukan sebuah postingan tentang ‘Apa Makna dari Militansi?’. Sudah lama ana tidak mendengar ada ikhwah yang membicarakan mengenai militansi. Oleh karena itu, ketika ana menemukan artikel tentang militansi sungguh senang hati ini dan ghiroh semakin bertambah.

Imam Hasan Al Banna mengatakan bahwa semangat berharokah adalah keniscayaan dalam berdakwah dan merupakan penggerak cita-cita. Semangatlah yang menggerakan jasad kita untuk tetap berharokah dan beramal.

Militansi merupakan hasil dari kristalisasi idiologi, dia menjadi obsesi yang melebur bersama mimpi seorang jundi. Militansi adalah kemampuan mengkomparasikan seluruh pikir, sikap dan gerak hanya untuk memperjuangkan ide dan prinsip islam. Sehingga seluruh elemen ruhiyah, fikriyah dan jasadiyahterfokus pada satu azzam, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah rabb semesta alam.

Pada saat itu ana merasa ada kebimbangan hati antara berangkat ke APD atau tidak karena hujan begitu derasnya. Tapi setelah membaca postingan tentang militansi ini, semakin mebulatkan tekad ana untuk tetap ke APD walau hujan. Ditambah pula, ana pernah mendengar tausiyah dari seorang ustadz yang menceritakan tentang kegigihan seorang murrobi yang datang ke tempat halaqoh walau dalam keadaan hujan yang sangat deras. Karena ada keinginan untuk menyampaikan sebuah ilmu kepada mutarobinya. Dan sebuah statement yang mengakar di hati ana yaitu ‘dalam kondisi apapun, utamakan untuk menghadiri halaqoh’. Sebuah kalimat sederhana namun mempunyai makna yang luar biasa.

“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya…
” Q.S Al-Mu’minun [23] : 8.


“Berangkatlah kamu, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu dijalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui..” Q.S At Taubah [9] : 41


Bismillah..

Dengan kalimat ini, ana melakukan perjalanan ke APD dengan mengendarai motor sambil diiringi hujan yang mengguyur Bogor. Alhamdulillah,,sampai di APD pk 19.45 wib dan ana disambut dengan senyuman dan semangat dari teman-teman APD untuk mengikuti kajian. Sambutan ini menjadikan ana semakin bersemangat dalam berdiskusi mengenai topik yang disampaikan. Diskusi ini berlanjut semakin seru, namun jam sudah menunjukkan pk20.45 wib yang menyebabkan ana harus segera mengakhiri pertemuan itu. Walau singkat tapi syarat akan sebuah antusiasme yang tinggi.

Ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi ana. Dan sebuah kalimat yang selalu terngiang-ngiang dalam memory otak ini adalah ‘Militansi tidak berdasarkan banyaknya amanah yang diemban oleh seorang kader, tetapi militansi itu adalah sebuah ghiroh seorang kader untuk senantiasa bergerak dan melaksanakan amanah dengan profesional.

Tambahan : Militansi akan terwujud jika diimbangi dengan kondisi ruhiyah yang baik.

KEEP ISTIQOMAH!!
LILLAHITA’ALA
WAKAFABILLAHI SYAHIDA
SELAMAT MEMPERTEGUH HATI UNTUK SELALU MENAPAKI JALAN DAKWAH..

9 Juni 2011

Sepucuk surat untuk para pejuang

Assalamu’alaikum wr wb

Bismillahirrohmanirrohim

Ba’da tahmid dan shalawat

Saudaraku,
Ingatkah engkau tentang kisah Musa dan Harun?? Sebuah persaudaraan yang terbina saat menjalankan amanah dakwah. Di saat Musa mendapat amanah dakwah maka Musa meminta kepada Allah agar Harun menjadi saudaranya. ‘Jadikanlah ia pendamping yang menguatkanku.” Dan Allah mengabulkannya. Mereka pada akhirnya saling menguatkan untuk merubuhkan kedzaliman. Saling menguatkan untuk menegakkan kebenaran.
Demikian pula Nabi Muhammad yang dikelilingi oleh para sahabat yang menjadi pendukung dan penolong dalam menegakkan risalah.

Saudaraku,
Itulah pentingnya saudara yang berada disekeliling kita. Bukan untuk saling menyalahkan, bukan untuk saling menjatuhkan tetapi saling menguatan dan meringankan beban.

Saudaraku,
Namun, jika di saat kita merasa sendiri dalam melaksanakan amanah dakwah ini. Yakinlah Innaallaha ma’ana.

Intansurullah yansurkum wayutsabit aqdamakum.
Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Dikuatkan pula dengan ucapan seorang Umar bin Khaththab Ra :
“Jika ada 1000 orang yang membela kebenaran (Islam), aku salah seorang diantaranya. Jika ada 100 orang yang membela kebenaran, aku tetap berada diantaranya. Jika ada 10 orang pembela kebenaran, kau tetap ada di barisan itu. Dan jika ada 1 orang yang tetap membela kebenaran, akulah orangnya.”

Saudaraku,
Itulah perjuangan di jalan dakwah, jalan yang panjang, berliku, dan penuh dengan rintangan yang senantiasa memerlukan kesungguhan, keikhlasan dan tadhhiyah. Namun, ini adalah sebuah perniagaan yang dapat menyelamatkan kita dari azab yang pedih (QS As Saff: 10-11). Saudaraku, apakah engkau tidak tergiur dengan surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai?? Tempat para syuhada bercengkerama dengan para bidadari. Sebuah tempat terindah yang menjadi hadiah bagi para pejuang dakwah. Subhanallah.

Saudaraku,
Masih ingatkah sebuah makna dari sebuah do’a yang telah menyatukan hati-hati kita. Do’a yang sering kita lantunkan di setiap akhir syuro dan pertemuan kita. Tapi, apakah antum/na masih merasakan sebuah getaran di hati ketika dibacakan do’a tersebut?? Kemanakah getaran hati itu sekarang?? Sebuah rasa mengharu biru dapat dipertemukan dengan saudara seiman yang diikat dengan tali ukhuwah. Do’a itu adalah Do’a Rabithah.

Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati itu telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepadaMU, bertemu untuk taat kepadaMu, bersatu dalam rangka menyeru (dakwah di jalan) MU, berjanji setia untuk membela syari’atMu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, abadikanlah kasih sayang nya, tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah dengan cahayaMU dengan tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepadaMU. Hidupkanlah dengan ma’rifatMu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMU. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amiin.

Saudaraku,
Salah satu kewajiban bagi seorang saudara adalah mengingatkan di kala kita melakukan sebuah kesalahan. Maka berlapang dadalah ketika ada saudara yang mengingatkan. Keep Ukhuwah..
Karena ikatan paling mahal diantara kaum muslimin adalah ikatan UKHUWAH.

Fastabiqul khoirot..

Wassalamu’alaikum wr wb